Selasa, 15 Maret 2011

Nekat membawa Berkah

(Determined brings Blessing)

Dalam posting kali ini saya akan bercerita tentang pengalamanku hingga dapat menguasai bahasa Inggris seperti sekarang ini. Semoga dari pengalaman ini dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi para pembaca untuk lebih meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Amin.

Bahasa Inggris bagi saya pada awalnya bukan pelajaran yang terlalu menarik. Di SMP nilai saya biasa aja. Paling 7. Itupun kalau tes asal tebak saja. (Tapi gak pernah nyontek lo. Badan gemetar dan keringatan kalau mau nyontek. Jadi kalau sama sekali tidak ada ide ya ditinggal aja.)
Di SMA tepatnya di SAKMA juga awalnya biasa aja.
Minat baru timbul ketika guru bahasa Inggris di SAKMA selalu mengajar terjemahan. Penasaran, kok dia bisa nerjemahin kata-kata yang sulit menurut saya (pada waktu itu). Jadi akhirnya saya nyoba juga nerjemahin. Di perpustakaan saya mulai mencoba membaca buku-buku yang teksnya berbahasa Inggris (buat gaya dan nekat juga sih). Di rumah, saya sering buka kamus dan mencoba nerjemahin sendiri.
Suatu ketika, saya coba menanyakan kepada guru bahasa Inggris, "kok bapak nerjemahinnya begitu sih. Kenapa tidak begini?" (Kalimat aslinya lupa, karena sudah sekitar 22 tahun yang lalu.) Jawaban guru waktu itu (seingat saya), "Udahlah, ini bukan bahasa kita. Ini bahasa orang luar."
Jawaban yang sangat tidak memuaskan bagi saya. Tapi karena jawaban itulah sehingga semangat saya meningkat lebih dari 100% untuk belajar bahasa Inggris. Mulailah saya kursus (3 bulan saja. karena keburu harus PKL di Bandung.) Dari kursus itu, keyakinan saya bahwa bahasa Inggris dapat dipelajari sendiri jika mau semakin tinggi.
Waktu PKL di Bandung juga, saya sering mencoba mendengarkan lagu berbahasa Inggris dan mencoba menuliskan syairnya (gaya. maklum anak muda. di tempat kos kan ada ceweknya juga). Selain itu saya nekat nerjemahin tugas teman PKL.
Setelah lulus dari SAKMA, keinginan belajar bahasa dan kenekadan itu makin menjadi. Di tempat kerja, saya  dapat mengoperasikan alat yang belum pernah saya temui sebelumnya hanya dengan membaca buku petunjuknya yang tebal dan berbahasa Inggris. Bahkan pernah ketika alat itu rusak, saya berani menyatakan pada Rahmat (sesama angkatan 22 di SAKMA dan teman kerja di PT SAU) bahwa saya bisa memperbaiki alat itu. Kebetulan alat itu rusak ketika dia yang menggunakannya. Cara perbaikannya juga saya temukan dengan membaca manualnya yang tebal dan berbahasa Inggris. Dan BERHASIL. Lumayan dapat traktiran.
Kemudian setelah pindah ke Cirebon, saya coba kuliah di Universitas Terbuka (Universitas Tanpa Atap saking terbukanya) jurusan Sastra Inggris. Ini lumayan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisku.
Di organisasi (HMI dan jurnalis) terkadang kami mengundang pembicara asing. Pengalaman pertamaku mempraktekkan kemampuan Speaking (berbicara) adalah dengan orang asing yang kami undang untuk menjadi pemateri. Grogi juga sih awalnya. Tapi kemudian segalanya berlangsung lancar. Alhamdulillah.
Sejak saat itulah, aku semakin berani dan percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Inggris.
Pengalaman ... guruku yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOP KOMENTATOR

Make your own